CONTOH LAPORAN PKL PETERNAKAN TENTANG PERKANDANGAN
MANAJEMEN PERKANDANGAN TERNAK SAPI BALI PENGGEMUKAN DI CV. PATA LORI DESA
OELETSALA, KECAMATAN TAEBENU KABUPATEN KUPANG
Laporan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
OLEH:
YESLY C. A. S. LANGNGI
1405030027
PROGRAM
STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
NUSA CENDANA
KUPANG
2017
LEMBARAN
PENGESAHAN
MANAJEMEN PERKANDANGAN SAPI BALI DI LOKASI PETERNAKAN RAKYAT DESA OELETSALA
LAPORAN
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
oleh:
Yesly Christian Allu Samani Langngi
NIM : 1405030027
Telah disetujui Pada Tanggal................
Mengetahui
Dosen Penguji PKL,
|
Menyetujui:
Dosen Pembimbing PKL,
|
Ir. Yohanis U.L Sobang, M.si
NIP. 19661207 199203 1 004
|
Ir. Upik Sy. Rosnah, MP
NIP. 19670616 199203 2 001
|
An.
Dekan Fapet Undana
Ketua Program Studi Peternakan,
|
Penanggung jawab CV. Pata Lori,
|
Ir. Yohanis U.L Sobang, M.si
NIP. 19661207 199203 1 004
|
Frits Deti
Direktur
|
ABSTRAK
MANAJEMEN PERKANDANGAN TERNAK SAPI BALI PENGGEMUKAN DI CV. PATALORI DESA
OELETSALA, KECAMATAN TAEBENU KABUPATEN KUPANG
Oleh
Yesly Christian Allu Samani Langngi; Upik Sy. Rosnah
Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
Praktek Kerja
Lapangan Kegiatan dimulai dari tangggal 16 Agustus sampai dengan tanggal 16 September
di Cv. Patalori Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Tujuan dari PKL ini adalah
menambah pengalaman lapangan mahasiswa pada kondisi nyata yang akan dihadapnya,
memberikan kesempatan kepada mahasiswa, untuk mengakplikasikan secara aktual
pengetahuan, ketrampilan dan sikap di bidang peternakan khususnya pada
manajemen perkandangan, meningkatkan kematangan pribadi dan profesionalisme di
bidang peternakan serta meningkatkan kompetensi pengusaan ilmu dan teknologi
peternakan. Metode yang digunakan dalam kegiatan PKL adalah metode observasi
partisipasi. Data primer diperoleh dengan cara observasi pada pengelolaan untuk
ternak sapi. Berdasarkan hasil pengamatan dideroleh bahwa ada dua bagian
kandang yang digunakan, yaitu kandang yang mengarah ke bagian timur dan kandang
yang mengarah ke bagian utara. Kedua kandang tersebut memiliki atap yang
terbuat dari seng, tiang yang terbuat dari kayu, tepat paka yang terbuat dari
bambu dan dilapisis almunium, lantai kandang terbuat dari campuran bahan semen,
pasir dan bebatuan kecil.
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan
hati, penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan
Praktek Kerja Lapangan ini.
Penulis menyadari
bahwa perkuliahan, penelitian dan penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
dapat diselesaikan bukan semata-mata atas usaha sendiri melainkan juga berkat
bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material. Tak ada yang
dapat penulis berikan sebagai imbalan jasa mereka, selain ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya dari hati yang tulus dan ikhlas kepada
:
1. Ibu
Ir. Upik SY Rosnah, MP. Selaku dosen pembimbing selama kegiatan praktek kerja
lapangan yang telah membimbing, mengarahkan, membantu membekali dan memberi kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian hingga penulisan Laporan Praktek
Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan.
2. Bapak
Frits Deti selaku direktur CV. Pata Lori yang mengijinkan penulis untuk
berkegiatan PKL dengan baik.
3. Fredeicus
dedy zamba, S. Pt yang membimbing selama kegiatan praktek kerja lapangan selama
satu bulan berlangsung
4. Teman-teman
kelompok Praktek Kerja Lapangan Aristo Moda, Erita S. Noni, Ratna R. Lika Enga
Dan Mariawati W. Lodang.
Akhirnya
dengan rendah hati, penulis mempersembahkan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
kepada Almamater tercinta. Tiada kata yang indah selain Ucapan terimakasih yang
tak terhingga dan doa kiranya Tuhan memberkati kalian semua.
Semoga
tulisan ini berguna bagi mereka yang membutuhkan, namun disadari akan
keterbatasan yang dimiliki penulis, maka segala kritik dan saran demi
penyempurnaan tulisan ini, penulis menerima dengan lapang dada.
Kupang,
Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
.......................................................................... i
ABSTRAK
..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI
.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
....................................................................................... 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................... 3
1.3. Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Tentang Sapi
Bali .................................................................. 5
2.2. Tatalaksana Perkandangan
................................................................... 6
2.3. Jenis – Jenis Kandang ............................................................................ 11
2.4. Sanitasi Perkandangan .......................................................................... 15
BAB III METODE KEGIATAN
3.1. Waktu dan Lokasi
Kegiatan ................................................................. 16
3.2. Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................ 16
3.3. Jadwal Kegiatan ..................................................................................... 16
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI DAN KEGIATAN PKL
4.1. Lokasi PKL ............................................................................................. 17
4.2. Sejarah ..................................................................................................... 17
4.3. Skala Usaha ............................................................................................. 18
4.4. Sarana Penunjang .................................................................................. 18
4.5. Ketenaga Kerjaan .................................................................................. 18
4.6. Kegiatan PKL ......................................................................................... 19
BAB V HASIL DAN PEMBAHSAN
5.1. Hasil ......................................................................................................... 23
5.2. Permasalahan ......................................................................................... 24
5.3. Pembahasan ............................................................................................ 25
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 31
6.2. Saran ........................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sapi Bali merupakan
salah satu komoditas andalan di Nusa Tenggara Timur (NTT), karena sangat mudah beradaptasi terhadap kondisi lingkungan setempat dan
pakan yang berkualitas rendah (Katipana dan Hartati, 2006). Tidak hanya demikian, sapi Bali juga mempunyai daya tahan yang baik diantara sapi daerah tropis lainnya,
persentase karkas sapi bali yang tinggi dengan persentase daging yang tinggi
dan kadar lemak rendah yang terdapat antara serabut otot (Katipana dan
Hartati, 2011), dan dapat digunakan sebagai
tenaga kerja (Malle, 2011). Di katalan lebih lanjut
bahwa Sapi Bali juga mampu menghasilkan kualitas karkas dan daging yang baik
yaitu sekitar 49-50% dalam usaha peternakan.
Usaha peternakan selalu berpedoman pada segi tiga
produksi peternakan yang meliputi bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan.
Ketiga faktor tersebut harus dalam keadaan yang seimbang agar produktifitas
yang diperoleh dapat seoptimal mungkin (Ridolf AR, 2010). Perkandangan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pemeliharaan (segitiga produksi) ternak sapi karena kandang sangat berperan dalam usaha peningkatan produksi. Letak dan bentuk kandang harus sesuai dengan
sifat biologis temak yang dipelihara dan iklim setempat. Pembuatan kandang
perlu mendapatkan perhatian yang serius dengan mempertimbangkan unsur-unsur
efesiensi kerja dan perhitungan ekonomis serta masalah yang menyangkut lingkungan.
Kandang harus dirancang untuk memenuhi persyaratan kesehatan dan kenyamanan
ternak, mudah serta nyaman untuk di kontrol oleh peternak, dapat meningkatkan efisiensi pemeliharaan dan tidak menimbulkan polusi.
Manajemen perkandangan merupakan
salah satu bentuk pengelolaan perkandangan yang meliputi fungsi kandang,
jenis-jenis kandang dan tipe-tipe kandang. Fungsi kandang sebagai tempat
berlindung sekaligus berlangsungnya berbagai aktivitas dari ternak. Jenis
kandang meliputi kandang individu, kandang kelompok, kandang pejantan, kandang
beranak, kandang karantina. Manajemen perkandangan yang belum sesuai dengan
persyaratan dapat menganggu produktivitas ternak dan berdampak pada lingkungan
sekitar.
Kandang yang dibangun bukan saja
sekedar melindungi ternak dari hujan, panas, dingin dan angin kencang atau
melindungi dari pencuri dan hewan pemangsa tetapi kandang dibangun harus
memenuhi Persyaratan kandang yang baik antara lain jahu dari pemukiman penduduk,
ventilasi dan suhu udara kandang yang baik, efisien dalam pengelolaan, kuat dan
tahan lama, tidak berdampak pada
lingkungan sekitar serta memudahkan petugas dalam proses produksi seperti
pemberian pakan, pembersihan kandang dan penanganan kesehatan. Tatalaksana
pemeliharaan diatas dapat ditemukan di lokasi peternakan secara komersial
maupun pada peternakan rakyat. Salah satu lokasi peternakan rakyat di pulau
timor adalah Desa
Oeletsala Kecamatan Taebnenu Kabupaten Kupang terlebih kususnya pada
usaha peternakan rakyat CV. Pata Lori.
Berdasarkan uraian
diatas, maka telah dilakukannya
kegiatan PKL dengan judul “Manajemen
Perkandangan Ternak Sapi Bali penggemukan di CV. Pata Lori Desa Oeletsala, Kecamatan Taebenu
Kabupaten Kupang”
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan
Prakter Kerja Lapangan ini adalah :
a. Menambah pengalaman lapangan mahasiswa pada kondisi nyata
yang akan dihadapnya,
b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa, untuk
mengakplikasikan secara aktual pengetahuan, ketrampilan dan sikap di bidang
peternakan khususnya pada manajemen perkandangan
c. Meningkatkan kematangan pribadi dan profesionalisme di
bidang peternakan
d. Meningkatkan kompetensi pengusaan ilmu dan teknologi
peternakan
1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan praktek kerja lapangan ini adalah :
a) Kegiatan praktek kerja lapangan diharapkan dapat
bermanfaat bagi mahasiswa, dapat memperolah pengalaman yang berguna dalam usaha
ternak sapi potong khususnya dalam manajemen perkandangan khususnya ternak sapi.
b)
Bagi masyarakat
petani/peternak, mendapatkan
informasi tentang model kandang yang baik, persyaratan kandang yang baik, dapat lebih memperhatikan manajemen perkandangan untuk
menunjang berdirinya suatu usaha peternakan dan mencegah timbulnya berbagai penyakit
yang dapat merugikan masyarakat.
c)
Bagi pemerintah/institusi, mendapatkan kualitas mahasiswa yang baik dengan bekal
ilmu dan praktek serta dapat saling berbagi ilmu
dan pengalaman yang berguna untuk perbaikan dan pengembangan pembangunan
khususnya di sektor peternakan
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
2.1.
Deskripsi Tentang Sapi Bali
Sapi
Bali merupakan sapi asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar (Bos Sundaicus) yang telah didomestikasi
selama ratusan tahun yang lalu. Akibat proses domestikasi yang dilakukan oleh
manusia menyebabkan Sapi Bali yang sekarang dikenal sudah tidak sebesar banteng (Guntoro 2002).
Data Dinas Peternakan tahun 2016 menyatakan bahwa
populasi ternak sapi Bali di Kabupaten Kupang sebanyak 160.229 ekor, Kabupaten
Belu sebanyak 58.350 ekor, Kabupaten Timor Tengah Utara sebanyak 123.406 ekor,
kabupaten timor tengah selatan sebanyak 194.275 ekor, Kabupaten Malaka sebanyak
71.991 ekor dan Kota Kupang Sebanyak
5.882 ekor. Pola pemeliharaan (manajemen) sapi ada tiga jenis yaitu 1) pemeliharaan
secara ekstensif merupakan cara pemeliharaan dengan cara ternak dilepas di
padang penggembalaan, 2) pemeilharaan secara intensif merupakan pola
pemeliharaan dengan cara ternak di kandangkan, 3) pemeliharaan secara
semiintensif merupakan perpaduan antara ekstensif dan intensif (Purbowati dan
Rianto, 2009). Produktifitas sapi bali penggemukan yang mengonsumsi
pakan lokal pola peternak yang dinyatakan oleh Rosnah Dan Yunus (2016) adalah pertambahan bobot badan harian
0.28 ± 0.259 kg/ekor, ukuran linear
tubuh (panjang badan 0.06 ± 0.037
cm/ekor, lingkar dada 0.07 ± 0.563 cm/ekor, tinggi pundak 0.04 ± 0.0291 cm) dan
status fisiologis (frekuensi pernapasan 36.86 ± 6.87 kali/menit, denyut nadi
93.51 ± 13.39 kali/menit, suhu tubuh 30.55 ± 0.72 0C.
2.2. Tatalaksana
Perkandangan
Pada
prinsipnya kandang berfungsi scbagai pelindung bagi ternak dan penunjang
produktifitasnya. Sebagai pelindung bagi temak, kandang melindungi lemak dari
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan seperti hujan, banjir, angin
kencang, udara dingin, terik matahari maupun ancaman binatang buas (predator
dan gangguan pencuri. Sementara sebagai penunjang produktifitas, kandang
memudahkan dalam pemeliharaan temak sehari- hari, khususnya penanganan
pengawasan terhadap temak dapat dilakukan lebih teliti, baik menyangkut masalah
kesehatan, produksi dan reproduksi temak. Manfaat kandang yang berkaitan dengan
fungsi tersebut diatas adalah memudahkan pada waktu pengambilan, pengumpulan
dan pembersihan kotoran ternak berupa campuran antara feses dan urine dan sisa
pakan yang berguna bagi lahan pertanian. Perkandangan yang baik dapat diatur
dalam sebuah manajemen perkandangan oleh petani peternak (Rianto dan Endang,
2009).
Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan kandang untuk sapi potong menurut (Katipana dan
Hartati, 2011) yaitu memiliki ruangan yang
cukup, lantai kandang yang selalu kering, ventilasi dan suhu udara kandang yang
baik, tempat makan dan minum yang tersusun rapih, tidak mudah menjadi sarang
tikus dan serangga lainnya, kuat dan tahan lama serta mudah dibersihkan.
1. Pemilihan lokasi
Dalam pemilihan lokasi kandang, beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi kandang antara lain tersedianya sumber air,
terutama untuk minum, memandikan ternak dan membersihkan
kandang; dekat dengan sumber pakan; transportasi mudah,
terutama untuk pengadaan pakan dan pemasaran; areal yang ada dapat diperluas tidak berdekatan dengan
bangunan umum atau perumahan berjarak minimal 10 meter (Sutarno, 2003).
2. Konstrksi Kandang
Pembuatan kandang harus mendapat perhatian yang serius dengan
mempertimbangkan unsur-unsur efisiensi kerja dan perhitungan ekonomis serta
masalah yang menyangkut lingkungan. Kandang harus dirancang untuk memenuhi
persyaratan kesehatan dan kenyamanan ternak, enak dan nyaman untuk Operator,
efisien untuk tenaga kerja dan pemakaian alat-alat, serta disesuaikan dengan
peraturan kesehatan ternak (Purbowati dan Rianto, 2009). Lebih lanjut dijelaskan bahwa Agar ternak yang tinggal dalam kandang merasa nyaman,
konstruksi kandang harus diciptakan sesuai dengan kondisi alam sekitarnya.
Konstruksi kandang diupayakan cukup kokoh meskipun dengan bahan bangunan
sederhana.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan atau papan yang berasal
dari kayu yang kuat, kandang sapi tidak boleh tertutup rapat harus lebih
terbuka agar udara bebas keluar masuk sehingga suhu dalam kandang akan relatif
normal ( Djarijah. l996 ).
a.
Atap kandang
Atap merupakan penutup kandang bagian atas. Secara umum atap berfungsi
melindungi ternak dari terpaan air hujan dan terik matahari, serta
mempertahankan suhu dan kelembaban udara dalam kandang (Purbowati dan Rianto, 2009). Sugeng (2002) menyatakan untuk pembuatan atap ada
beberapa bahan yang biasa digunakan seperti genteng, seng, asbes, daun kelapa,
daun lontar dan juga alangalang.
b.
Tinggi bangunan
Kandang di daerah yang mempunyai suhu lingkungan agak panas ( dataran
rendah dan pantai) hendaknya dibangun lebih tinggi daripada di pegunungan. Hal
ini dimaksudkan agar udara panas di dalam ruangan kandang lebih bebas bergerak
atau berganti sehingga dapat diperoleh ruang kandang yang cukup sejuk (wello, 2011). Ketinggian atap untuk dataran rendah 4,5 meter dan
dataran tinggi 4 meter (Purbowati dan Rianto, 2009)
c.
Kerangka kandang
Kerangka kandang dapat berupa bambu, kayu, beton dan pipa besi. Akan
tetapi kandang yang sederhana dapat menggunakan bahan dari bambu atau dikombinasikan dengan kayu (Purbowati dan Rianto, 2009). Pemilihan bahan kandang juga
disesuaikan dengan dengan tujuan dan kondisi yang ada serta kemampuan ekonomi (Wello,
2011).
d.
Dinding kandang
Dinding kandang adalah bagian tepi kandang. Dinding kandang berguna untuk membentengi ternak agar
tidak lepas keluar, menahan angin langsung masuk ke dalam kandang, dan menahan
keluarnya panas dari tubuh ternak itu sendiri pada malam hari (Katipana dan Hartati, 2011), Berdasarkan konstruksi dinding, dikenal adanya kandang
tertutup dan kandang setengah terbuka Yang dimaksud kandang tertutup yaitu
dinding menutup keempat sisi kandang secara penuh. Sementara kandang setengah
terbuka yaitu dinding hanya menutup sekitar setengah dari tinggi dinding
kandang (Purbowati dan Rianto, 2009).
e.
Lantai kandang
Gambar 1. Kemiringan lantai kandang dan ukuran selokan (Rasyid dan Hartati,
2007)
f.
Tempat pakan dan minum
Tempat pakan dan minum sebaiknya mudah dibersihkan, konstruksinya dijaga
agar ternak tidak mudah masuk dan menginjak pakan dan minum. Bibirbibir tempat
pakan dan tempat minum harus dibuat agak bulat sehingga tidak tajam dan
dasarnya cekung. Bahan dapat dibuat dari tembok semen, bambu atau papan. Ukuran
tempat pakan adalah lebar 0,6 meter dan tinggi 0,6 meter, dan panjang beserta
tempat minum selebar tempat ternak. Tempat pakan dan tempat minum satu dengan
yang lainnya terpisah oleh sekat setebal kira-kira 10 cm untuk mencegah
penyebaran penyakit menular (Purbowati dan Rianto, 2009).
Gambar 2. palungan ternak sapi (Rasyid dan Hartati,
2007)
g.
Gang atau jalan
Gang atau jalan dalam kandang perlu dibuat dengan maksud mempermudah
membersihkan kotoran, mempermudah membersihkan pakan, dan membersihkan sisa
pakan dalam kandang. Gang dibuat cukup lebar kira-kira l1,5 meter sehingga
gerobak atau kereta dorong tempat pembawa kotoran atau pakan dapat melewati
gang tersebut. Letak gang disesuaikan dengan tipe kandang. Jika kandang terdiri
atas dua lajur, gang bisa diletakkan di tengah-tengah. Namun jika kandang
terdiri hanya satu lajur, gang diletakkan di salah satu sisi kandang, biasanya
dekat dengan tempat pakan sehingga memudahkan dalam pemberian pakan (Purbowati dan Rianto, 2009).
h.
Ventilasi Kandang
Gambar 3. Individu dengan Lorong Ditengah Kandang(Rasyid
dan Hartati, 2007)
i.
Selokan atau parit
Selokan atau parit dibuat tepat dibelakang jajaran ternak dari ujung ke
ujung kandang dengan lebar 40-50 cm, kedalaman 1520 cm. Kedalaman bagian ujung
awal selokan dibuat kurang dari 10 cm, dan pada ujung akhimya tidak lebih dari
30 cm. Ukuran yang lebar ini dimaksudkan agar skop dapat masuk ke dalam selokan
untuk memudahkan membersihkan kotoran sehingga urin dan air dapat mengalir
melalui selokan dengan lancar (Purbowati dan Rianto, 2009).
Menurut (Sugeng, 2002) selokan atau parit merupakan saluran pembuangan
kotoran dan air kencing yang berada dibelakang kandang ternak individu. Ukuran
selokan kandang disesuaikan dengan kondisi kandang tujuan pemeliharaan. Hal ini
agar sisa urine atau sisa memebersihkan kandang dan ternak mudah mengalir
keluar kandang.
Gambar 4. Selokan (Rasyid dan Hartati, 2007)
2.3. Jenis-Jenis Kandang
a. Kandang pembibitan
Tatalaksana
kandang untuk pembibitan digunakan untuk pemeliharan induk/calon induk dengan
tujuan untuk menghasilkan anak atau pedet sampai sapih umur 4–7 bulan. Tipe kandang untuk
program pembibitan sapi potong berdasarkan program perkawinannya, yaitu menggunakan
kandang individu atau kandang kelompok (Manu AE, 2010)
Gambar 5. Kandang
Pembibitan (Katipana dan Hartati, 2011)
b. Kandang beranak
Kandang
beranak atau kandang menyusui adalah kandang untuk pemeliharaan khusus induk
atau calon induk yang telah bunting tua (8-9 bulan) sampai menyapih pedetnya,
dengan tujuan menjaga keselamatan dan keberlangsungan hidup pedet. Kontruksi kandang
beranak harus memberi kenyamanan dan keleluasaan bagi induk dan pedet selama
menyusui (Manu AE, 2010).
Gambar 6. Kandang Beranak (Katipana dan Hartati, 2011)
c. Kandang pembesaran
Kandang
pembesaran untuk pemeliharaan pedet lepas sapih yaitu antara umur 4–7 bulan
sampai dewasa antara umur 18–24 bulan. Tipe kandang ini adalah kandang
kelompok. Kontruksi kandang pembesaran untuk pedet lepas sapih harus menjamin
ternak tidak bisa keluar pagar serta pemberian pakannya secara intensif (Manu AE, 2010).
Gambar 7. Kandang Pembesaran (Rasyid dan Hartati, 2007)
d. Kandang penggemukan
Kandang penggemukan untuk pemeliharaan sapi jantan dewasa
beberapa bulan sampai mencapai bobot tertentu. Lama pemeliharaan ternak pada
kandang penggemukan berkisar antara 4 – 12 bulan, tergantung pada kondisi awal
ternak (umur dan bobot badan) dan ransum yang diberikan. Tipe kandang untuk
penggemukan jantan dewasa adalah tipe kandang individu, untuk menghindari
perkelahian sesamanya ternak di ikat berbaris (Manu AE, 2010).
Gambar 8. Kandang Penggemukan (Katipana dan Hartati,
2011)
e. Kandang paksa
Kandang
paksa atau lebih dikenal dengan kandang jepit adalah untuk melakukan kegiatan
perkawinan IB, perawatan kesehatan (potong kuku) dan lain sebagainya. Kontruksi
kandang paksa harus kuat untuk menahan gerakan sapi. Ukuran kandang paksa yaitu
panjang sebesar110 cm, lebar sebesar 70 dan tinggi sebesar 110 cm. Pada bagian sisi depan
kandang dibuat lang untuk menjepit leher ternak (Manu AE, 2010).
Gambar 9. kandang paksa (Katipana dan Hartati, 2011)
f.
Kandang Pejantan
Kandang
pejantan untuk pemeliharan sapi jantan yang khusus digunakan sebagai pemacek.
Tipe kandang pejantan adalah individu, Kontruksi kandang
pejantan harus kuat dan mampu menahan benturan, dorongan serta
memberikan kenyamanan dan keleluasaan bagi ternak. Luas kandang pejantan adalah
panjang (sisi samping) sebesar 270 cm dan lebar (sisi depan) sebesar 200 cm (Manu AE, 2010).
Gambar 10. kandang pejantan (Katipana dan Hartati, 2011)
2.4.Sanitasi Perkandangan
Dalam upaya melaksanakan sanitasi dengan baik dan benar dalam suatu
usaha peternakan, hal yang penting diperhatikan adalah 1) Matahari dapat masuk
ke dalam kandang, 2) sirkulasi udara dapat berlangsung dengan lancar, 3)
saluran-saluran air pembuangan harus dijaga tetap bersih, 4) tempati tempat
pembuangan kotoran harus terletak jauh dari kandang, 5) kebersihan lantai
kandang harus tetap dijaga dari feses sapi, 6) kebersihan sapi harus dijaga
dengan cara memandikannya secara teratur, 7) peralatan-peralatan yang digunakan
dalam peternakan harus bersih dari kotoran (Purbowati & Rianto, 2009). Kegiatan sanitasi berupa pembersihan
kandang, pencucian kandang dengan air dan penyemprotan kandang dengan
desinfektan (Sofia, 2017)
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan
Kegiatan PKL telah dilaksanakan dari tanggal 16 Agustus 2017 sampai dengan 16
September 2017, Di CV. Pata Lori, Desa Oeletsala
Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang
3.2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan PKL dilaksanakan dengan cara magang kerja (observasi
partisipasi), yaitu mahasiswa wajib berpartisipasi aktif selama satu bulan
secara terus menerus melaksanakan pekerjaan di Desa Oeletsala Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang
3.3. Jadwal Kegiatan
Kegiatan
|
Minggu ke
|
||||||||
11
|
22
|
33
|
44
|
55
|
66
|
77
|
88
|
Dst
|
|
Pendaftaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penulisan rencana dan pengesahan oleh
pembimbing, pembekalan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penulisan draf laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ujian PKL
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Revisi laporan dan pengesahan
laporan PKL
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI DAN KEGIATAN PKL
4.1. Lokasi PKL
Usaha peternakan CV. Pata Lori bertempat di
Desa Oeletsala, Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Jarak peternakan ke ibu
kota kabupaten adalah 40 km dan ibu kota provinsi 27 Km. Luasan Lahan pada CV. Pata Lori adalah seluas 2000m2, Ha dari lahan tersebut ditanami rumput king grass, leguminosa ( gamal dan lamtoro). Lokasi Peternakan CV. Pata Lori secara administratif
terletak di Desa Oeletsala Kecamatan Taebenu,
Kabupaten Kupang yang berbatasan dengan:
Timur : Milik Bapak Bernadus Futboe
Barat : Milik Bapak Alex Olbata
Utara : Milik Bapakmoses Bistolen
Selatan : Jalan Umum
4.2. Sejarah
CV. Pata Lori berawal dari perkumpulan kerabat yang
disatukan dalam sebuah ikatan himpunan keluarga arisan pata lori yang dilakukan
setiap bulan berjalan sekali pertemuan pada Tahun 1993. Setelah itu dalam
perjalanan terbentuklah sebuah koperasi pada tanggal 29 juni tahun 2004 yang
berbadan hukum. Yang kemudian semakin berkembang maka timbulah sebuah ide unt
membentuk sebuah perusahaan yang disebut CV. Pata Lori yang mempunyai kekuatan
hukum berdasarkan surat akte notaris pendiria perusahaan no :35 tgl 12 januari
2015 oleh notaris Silvester J. Mambaitfeto, SH dan pada tahun 2016 mendapatkan
SITU (surat ijin tempat usaha) dengan nomor 0217/BPPT.503.01/005./I/2016 dan
nomor surat ijin usaha perdagangan kecil (SIUP-K) no. 202-1/BPPT.510/PK/007/01/II/2016
yang bergerak di bidang usaha kontraktor dan usaha peternakan
4.3. Skala Usaha
Jumlah ternak sapi pada
Peternakan CV. Pata
Lori di Desa Oeletsala yaitu berjumlah ekor 20 diantaranya adalah sapi Bali yang terdiri atas:
1.
9 ekor pejantan produktif
2.
5 ekor pejantan muda
3.
1 ekor
betina produktif
4.
4 ekor
betina dara
5.
1 ekor ternak pedet
baru lahir
4.4. Sarana Penunjang
Kawasan usaha peternakan di CV. Pata Lori memiliki 2 unit
kandang, yaitu kandang sapi jantan dan kandang sapi betina, lahan HMT
(hijauan makanan ternak) di beberapa tempat ( Lisut, Klokon, blapa, nonof, akulahs)
Fasilitas yang ada di usaha peternakan CV. Pata Lori
adalah bangunan kandang, sumur gali, rumah tempat tinggal bagi pemilik ternak
sapi
4.5. Ketenaga Kerjaan
Tenaga kerja dalam suatu usaha peternakan sangat penting perannya
karena merupakan salah satu
faktor pendukung jalannya proses pengelolaan karena berkembangnya suatu
perusahan sangat
tergantung
pada karyawan
yang menjalankan rangkaian
kegiatan. Berdasarkan, tenaga kerja yang ada di petern
akan
CV. Pata
Lori tersebut dikatakan
masih sangat kurang
dan belum mendukung manajemen perusahan dan siklus reproduksi,
untuk
itu perlu ada
penambahan karyawan. Perusahan ini tidak hanya melihat titel
(gelar)
dikaryawan tetapi keahlian dan
ketrampilan yang
dimilki
oleh
karyawan.
Tabel tenaga ahli tetap CV. Pata Lori
No
|
Nama
|
Tanggal lahir
|
Jabatan
|
1
|
Irfandi
umbu medu njurumana
|
14-05-1996
|
Kepala
pelaksana
|
2
|
Yos
yora sabatudung
|
05-04-1991
|
Pelaksana
lapangan
|
3
|
Yulius
umbu yora
|
14-02-1986
|
Pembantu
pelaksana
|
4
|
Ferdinan
umbu kawangu
|
27-02-1997
|
Perlengkapan/keuangan
|
4.6. Kegiatan PKL
Usaha Peternakan CV. Pata Lori mempunyai fokus
kegiatan pada penggemukan sapi Bali. Tujuan utama adalah
meningkatkan produksi daging persatuan ekor. Kegiatan PKL dilaksanakan di peternakan CV.
Pata Lori selama satu bulan yang semuanya dilaksanakan di area seluas 2000m2.
Beberapa
kegiatan rutinitas yang dilakukan di peternakan CV. Pata Lori antara lain :
1. Pembersihan Kandang
Kandang sapi di peternakan CV. Pata Lori dibersihkan pada pagi hari
pukul 07.00. Setelah dilakukan pembersihan kandang maka Tempat pakan juga
dibersihkan setiap pagi hari agar pakan yang baru tidak terkontaminasi dengan
kotoran ataupun feses yang mungkin terdapat didalam tempat pakan. Selain membersihkan
kandang dan tempat pakan, dilakukan pula pembersihan disekitar kandang. Dalam
melakukan kegiatan ini digunakan beberapa peralatan kandang yaitu sekop, ember
feses, sapu lidi, dan penggaruk untuk membersihkan jerami dan dedaunan yang
terdapat disekitar tempat pakan.
2. Pemberian Pakan
Pakan ternak sapi yang diberikan pada CV. Pata Lori terdiri dari
konsentrat (dedak padi, tepung ikan, tepung jagung, tepung gamal, tepung silase batang pisang, garam dan urea) dan putak. Selain itu, dilakukan pemberian hijauan
segar seperti, rumput alam, lamtoro, kabesak, timun dan beringin. Pemberian pakan dilakukan secara intensif dan diperhatikan tingkat
konsumsi ternak sehingga dalam pemberian pakan selanjutnya dilakukan pengurangan
jumlah pemberian bagi ternak yang memiliki tingkat konsumsi yang rendah. Metode
ini merupakan metode yang sangat efektif karena dengan begitu maka peternakan CV.
Pata Lori dapat menekan biaya pakan.
3. Pemberian Air Minum
Pemberian air minum yang
dilakukan yaitu dilakuakn pada siang hari pukul 13.00 dengan menggunakan ember
timba yang airnya diambil dari dalam sumur berkedalaman 20 meter. Sebelum
diberikan pada ternak sapi juga dicampur dengan garam dapur sebagai sumber
mineral.
4. Penyediaan Pakan
Pakan konsentrat yang diberiakan disediakan dan disusun
oleh tenaga kerja sehingga dapat mengurangi biaya pakan. Hijaun segar diambil dari kebun hijaun makanan ternak
milik CV. Pata Lori Oeletsala sendiri seluas 50 Ha yang terletak di dalam lokasi peternakan.
kegiatan ini dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, yang diangkut dengan menggunakan motor ataupun berjalan kaki.
Selain
kegiatan rutinitas yang dilakukan diatas, adapula kegiatan tambahan yang
dilakukan oleh penulis di peternakan CV. Pata Lori. Kegiatan tambahan yang
dilakukan diantaranya adalah:
1. Pemberian Vit. B Komplex
Injeksi
vitamin B kompleks adalah sediaan injeksi dengan kandungan vitamin B
kompleks yang digunakan untuk mengatasi kekurangan vitamin B kompleks pada ternak
dengan indikasi untuk Salah satu
fungsi dari vitamin B kompleks adalah secara tidak langsung membantu kerja
organ limfoid dalam menghasilkan antibodi/kekebalan dan Membantu meningkatkan
nafsu makan, sehingga mempercepat proses penyembuhan penyakit.
1. Pemberian obat cacing
Pemberian obat cacing (vermyzin) dilakukan karena Pedet dan sapi muda di bawah 2 tahun
lebih beresiko terinfeksi cacing. Ciri-ciri sapi kekacingan adalah diare, tidak
nafsu makan, bobot badan menurun dari hari ke hari, mata berair, bulu kusam dan
tidak mengkilap. Sebagai pencegahan, telah dilakukannya pemberian obat cacing dengan cara
obat dilarutkan dalam air minum sebelum diminum oleh ternak
2. Pembuatan silase batang pisang
Pembuatan silase batang pisang
bertujuan untuk mengatasi masalah pakan dan memanfaatkan limbah pertanian
berupa batang pisang yang terdapat di sekitar CV. Pata Lori. Pembuatan silase
yang dibuat sebanyak 5 drum yang tiap drumnya berkapasitas 100 kg dan difermentasikan
dengan perbandingan 3% starbio dari berat batang pisang, 3% gula air dari berat
batang pisang dan 5% berat dedak padi dari berat batang pisang. Silase ini di
fermentasikan selam 21 hari kemudian setelah dibuka diangin-anginkan dan
digiling untuk dicampur dalam olahan ransum komplit.
3. Perbaikan konstruksi kandang
Kegiatan perbaikan konstruksi kandang dimaksudkan untuk membuat ternak sapi
nyaman berada dalam kandang dikarenakan kandang tidak sesuai dikarenakan tidak
adanya pembatas antar ternak dan lantai kandang yang berlubang yang membuat
kandang susah dibersihkan
4. Penanganan kelahiran pedet
Kegiatan ini dilakukan untuk menangani kelahiran pedet dikarenakan ternak
induk sapi betina memiliki calon pedet yang lebih besar dan bukan dari bangsa
sapi Bali melainkan persilangan antara sapi Bali (betina) dan sapi limosin
(jantan).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Hasil
Dari
hasil praktek kerja lapangan yang dilakukan di peternakan CV. Pata Lori
didapatkan hasil sebagai berikut, yaitu :
a.
Kondisi
kandang di CV. Pata Lori
Kandang yang digunakan pada
usaha penggemukan sapi bali di CV. Pata Lori yaitu menggunakan 16 kandang
penggemukan dalam satu petak dengan ukuran tiap kandang panjang 223 cm dan
lebar 77 cm, sedangkan untuk kandang penggemukan menggunakan 7 kandang pada
satu petak dengan ukuran tiap kandang yaitu panjang 216 dan lebar 98 cm.
b.
Pemilihan
Lokasi Kandang
Letak kandang dari
penginapan kariawan yaitu berjarak 60 m, dengan arah kandang juga searah dengan
arah cahaya matahari pada kandang pembesaran, sedangkan kandang pembibitan tidak
c.
Atap
Kandang
Atap marupakan bagian
penutup kandang bagian atas. atap kandang yang digunakan yaitu bermodel atap
shape dan berbahan dari seng
d.
Kerangka
Kandang
Kerangka kandang pada usaha
peternakan CV. Pata Lori terbuat dari kayu lamtoro yang mudah di dapat dan
dengan harga yang relatif lebih rah dari bahan lain.
e.
Tempat
Pakan
Tempat pakan pada peternakan
CV. Pata Lori terbuat dari bahan almunium sehingga tidak mudah berkarat serta
pembatas pada tempat pakan terbuat dari bilah bambu. Ukuran tempat pakan pada
kandang penggemukan adalah lebar 77 cm dan lebar 31.5cm dengan kedalaman 18 cm
sedangkan pada pada kandang pembesaran memiliki panjang 216 dan lebar 41 cm
dengan kedalaman 22 cm.
5.2. Permasalahan
Dari hasil praktek kerja
lapangan yang dilakukan di peternakan CV. Pata Lori ditemukan beberapa masalah
dalam pengelolaan perkandangan, yaitu :
a.
Lantai Kandang
Yang Rusak
Lantai
kandang yang rusak yang menyebabkan terhambatnya pembersihan kandang dari feses
atau urine dan lantai kandang yang tidak memiliki kemiringan.
b.
Tidak Terdapatnya
Tempat Air Minum.
Tidak
terdapatnya tempat air minum yang membuat paternak kewalahan untuk memberikan
serta kesulitan dengan sumber air yang bersaing dengan kebutuhan manusia.
c.
Tidak
adanya selokan atau parit
Tidak adanya
selokan atau parit sehingga pengambilan feses menjadi terhambat karena saluran
pembuangan kotoran dan air tidak mengalir dan menjadi menumpuk.
d.
Kurangnya
Pemanfaatan Limbah Menjadi Pupuk Organik
Kurangnya
pemanfaatan limbah menjadi pupuk organik sehingga peternak mendapatkan
pengahasilan tambahan, kurangnya karyawan sehingga dalam memanajemen ternak
mengalami kesulitan dalam manajemen (pakan, kesehatan, perkandangan, reproduksi)
dan tidak tersedianya fasilitas pendukung untuk membersihkan kandang.
e.
Tidak
terdapatnya kandang pendukung seperti kandang karantina, kandang jepit, kandang
paksa dan kandang beranak.
5.3. Pembahasan
a. Kondisi
kandang pada CV. Pata Lori
Kandang
yang digunakan pada usaha penggemukan sapi bali di CV. Pata Lori yaitu
menggunakan 16 kandang penggemukan dalam satu petak dengan ukuran tiap kandang
panjang 223 cm dan lebar 77 cm, sedangkan untuk kandang penggemukan menggunakan
7 kandang pada satu petak dengan ukuran tiap kandang yaitu panjang 216 dan
lebar 98 cm kandang tersebut sesuai dengan pernyataan sukmawati (2010) bahwa
ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1.5 x 2 m, sedangkan
untuk anak sapi cukup 1.5 x 1 m per ekor.
Gambar 11. Kondisi Kandang CV. Pata Lori
b.
Pemilihan
Lokasi Kandang
letak kandang dari
penginapan kariawan yaitu berjarak 60 m, dengan arah kandang juga searah dengan
arah cahaya matahari pada kandang pembesaran, sedangkan kandang pembibitan
tidak demikian, kandang yang dibangun juga terletak pada topografi yang agak
miring sama seperti yang dinyatakan oleh katipana dan hartati (2010) bahwa kandang
yang akan dibangun sebaiknya dibangun pada daerah yang topografinya agak miring
sehingga terjadi tuhan maka air hujan tidak mengalir sehingga daerah disekitar
kandang tidak tergenang air atau menjadi berlumpur.
c. Atap Kandang
Atap merupakan bagian
penutup kandang bagian atas. atap kandang yang digunakan yaitu bermodel atap
shape dan berbahan dari seng hal ini sama
seperti yang dinyatakan oleh sugeng (2002) yang menyatakan untuk pembuatan atap
ada beberapa bahan yang biasa digunakan yaitu seperti genteng , seng, asbes,
daun kelapa, daun lontar dan juga alang-alang.
Gambar
12 Atap Kandang
d. Kerangka Kandang
Kerangka kandang pada usaha peternakan CV. Pata
Lori terbuat dari kayu lamtoro yang mudah di dapat dan dengan harga yang
relatif lebih rah dari bahan lain, hal ini sesuai dengan pernyataan purbowati
dan rianto (2009) bahwa Kerangka kandang dapat
berupa bambu, kayu, beton dan pipa besi. Akan tetapi kandang yang sederhana
dapat menggunakan bahan dari bambu atau dikombinasikan dengan kayu juga pendapat wello (2011) Pemilihan bahan kandang
juga disesuaikan dengan dengan tujuan dan kondisi yang ada serta kemampuan
ekonomi.
Gambar 13 Kerangka Kandang
e.
Tempat
Pakan
Tempat pakan pada
peternakan CV. Pata Lori terbuat dari bahan almunium sehingga tidak mudah
berkarat serta pembatas pada tempat pakan terbuat dari bilah bambu, hal ini
sesuai dengan purbowati dan rianto (2009) yang menyatakan Tempat pakan dan minum sebaiknya mudah dibersihkan,
konstruksinya dijaga agar ternak tidak mudah masuk dan menginjak pakan dan
minum. bibir tempat pakan dan tempat minum harus dibuat agak bulat sehingga
tidak tajam dan dasarnya cekung. Bahan dapat dibuat dari tembok semen, bambu
atau papan. Namun ukuran tempat
pakan pada kandang penggemukan adalah lebar 77 cm dan lebar 31.5cm dengan
kedalaman 18 cm sedangkan pada pada kandang pembesaran memiliki panjang 216 dan
lebar 41 cm dengan kedalaman 22 cm bahkan tidak memiliki tempat minum yang
permanent, sehingga tidak sesuai dengan yang dikatakan purbowati dan rianto
(2009) bahwa ukuran tempat pakan adalah lebar 0.6 meter dan tinggi 0.6 meter
dan panjang beserta tempat minum selebar tempat ternak.
Gambar 14 Tempat Pakan
f.
Lantai
kandang yang rusak
Lantai kandang adalah batas bangunan kandang bagian bawah, yang berfungsi sebagai tempat berpijak atau berbaring bagi sapi sepanjang waktu (katipana dan hartati, 2011), namun Lantai kandang yang ditemui selama kegiatan PKL dalam keadaan rusak dan berlubang sehingga tempat untuk berdiri dan sapi berbaring menjadi tidak rata bahkan kotoran dan urine ternak tertampung seingga dapat memjadi sarang penyakit
Gambar
15. Kondisi kandang yang rusak
g. Tidak adanya selokan atau parit
Selokan atau parit merupakan saluran pembuangan kotoran dan air kencing yang berada dibelakang kandang ternak individu. Ukuran selokan kandang disesuaikan dengan kondisi kandang tujuan pemeliharaan. Ukuran selokan digunakan pada untuk kandang individu, dengan ukuran lebar 30 – 40 cm dan dalam 5 – 10 cm. Namun selama kegitan PKL berangsung tidak ditemukan selokan atau parit sehinga kotoran dan urin ternak tidak memiliki saluran khusus yang membuat kotoran dan urine menjadi tesebar di bagian belakang ternak, bahkan feses yang berada di belakang kandang tidak diolah lebih lanjut menjadi pupuk organik melainkan dibiarkan sehingga menumpuk.
Gambar 16 Feses yang Tidak Diolah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
hasil praktek kerja lapangan yaitu Dianggap cukup baik bila diperhatikan secara
umum walaupun masih ada masalah lain seperti masalah pembersihan kandang, tidak
terdapatnya gudang, kandang pendukung, dan tidak adanya kandang karantina sehingga
perlu untuk ditinjau lebih lanjut.
4.2. Saran
Dari hasil kegiatan
Praktek Kerja lapangan dapat disarankan :
a.
Sebaiknya
diadaakan bak penampung sehingga memudahkan dalam penyediaan air bersih untuk
kebutuhan kariawan dan sanitasi kandang
b.
Sebaiknya
dibuatkan tempat air minum sehingga memudahkan dalam pemberian dan pengontrolan.
c.
Sebaiknya
dilakukan penangangan kesehatan yang rutin agar ternak terbbas dari ancaman
penyakit
d.
Penambahan
jumlah tenaga kerja sehingga mempermudah dalam proses tatalaksana dan sanitasi
kandang serta pemberian pakan dan air minum.
e.
Penambahan
fasilitas pendukung seperti gerobak pengangkut feses.
f.
Pemanfaatan
limbah.
g.
Perlu
diperhatikan kualitas pakan, adanya penambahan pakan serta persiapan pakan
untuk memenuhi kebutuhan selama musim kemarau
DISNAK. 2016. Populasi Sapi Potong Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Djarijah. 1996. Usaha ternak sapi. Jogjakarta :
Kanisius.
Gunawan, 1998. Sapi
Bali Potensi, Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Jogyakarta : Kanisius
Guntoro.
2002. Membudidayakan Sapi Bali.
Yogyakarta : Kanisius
Katipana.N.G.F,
Erna Hartati, 2005; Budidaya Sapi Bali di
Daerah Tropis Iklim Semi
Kering, Kupang : Hak cipta Fakultas
Peternakan Universitas Nusa Cendana.
........... 2006. Budidaya Sapi
Bali Di Daerah Tropis Iklim Semi Kering. Kupang : Hak cipta Fakultas
Peternakan Universitas Nusa Cendana.
........... 2011. Budidaya Sapi
Bali Di Daerah Tropis Iklim Semi Kering. Kupang : Hak cipta Fakultas
Peternakan Universitas Nusa Cendana.
Manu, E. Arnold. 2010. Bahan ajar mandiri
manajemen usaha ternak sapi potong dan kerbau. Kupang : Dipa UNDANA
Malle M. Yusuf. 2011. Status Hematologis Sapi
Bali Betina Dan Jantan. Makasar:UHM
Qomariyah N, Bahar S. 2010. Kajian usaha penggemukan
sapi bali, Bogor : pusat penelitian dan pengembangan peternakan. Badan
penelitian dan pengembangan pertanian, Kementrian pertanian. Hal. 270-275
Rasyid A. Dan Hartati. 2007. Petunjuk teknis
perkandangan sapi potong. Pasuruan : Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Peternakan
Rianto E. Dan E. Purbowati. 2009. Panduan lengkap
sapi potong. Jakarta : Penebar swadaya.
Ridolf R.
Agustinus.2010. Bahan Ajar Mandiri Pengantar Ilmu Peternakan. Kupang : Dipa
UNDANA
Santosa, U. 2002. Prospek agribisnis penggemukan
pedet. Jakarta : Penebar swadaya.
............, U. 2006. Tatalaksana pemeliharaan
ternak sapi. Jakarta : Penebar swadaya.
Saparinto, C dan P, Yulianto. 2010. Pembesaran
sapi potong secara intensif. Jakarta : Penebar swadaya.
Siregar. 2002. Penggemukan sapi. Jakarta :
Penebar swadaya.
Sugeng. 2002. Sapi potong. Jakarta : Penebar
swadaya.
Sutartono.2013. Manajemen Budidaya Ternak Sapi.
Yogyakarta : FAPET UGM
Syamsir R. Upik dan M. Yunus. 2017. Prosiding
Seminar nasional peternakan 3. Kupang : UNDANA press
Wello, Basit. 2011. Manajemen Ternak Sapi Potong.
Makasar : Masagena Press
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Bonus Casino Online Spesial Dari Agen Judi Online Bolavita !
ReplyDeleteBonus 100% Bila Menang Beruntun 8x, 9x, 10x
Tersedia Banyak Provider Yang Lengkap !
» SBOBET 338a
» SA Gaming
» Sexy Gaming
» Fun BET
» Asia Bet
» E-Bet
» WM Casino
Promo Spesial :
• Bonus Deposit Pertama 10%
• Bonus Deposit Harian 5%
• Bonus Rollingan 0.8%
• Bonus Referral 7% + 2%
Daftar & Klaim Bonusnya Sekarang Juga !
Tersedia Deposit & Withdraw Via : OVO, Gopay, Dana, Linkaja, Sakuku, Pulsa Dan Semua Jenis Rekening Bank Di Indonesia !
Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita